Bahasa Ronggga sebagai Bahasa Vokalik

This study aims to find out whether the Rongga language (hereinafter abbreviated as bR) is a vocal language, and reasons why bR said be language. uses qualitative method. Data was collected using observation methods, field linguistics, literature assisted by elicitation techniques, record keeping, recording. were analyzed qualitatively presented descriptively. Based on results of this it found that based (1) segmentation series letters <mb>, <nd>, <ngg> constitute sound segment: labial prenasal inhibition [ᵐb], alveolar [ⁿd], velar [ᵑg] so word -words in like <mbalu> are pronounced [ᵐbalu] 'storm', <ndate> [ⁿdate] 'create', <nggare> [ᵑgare] 'gali', not [ǝmbalu], [ǝndate], [ǝngare]. (2) canonical pattern syllables words, has always ends vowel, and, (3) every from Indonesian consonant, both middle final positions words when absorbed conforms words. For example, <pagar> [paɠa].'fence', <adat> [aɗa] 'custom', <easy> [gapa] 'easy'. Thus, vocalic Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah bahasa (selanjutnya disingkat merupakan vokalik, dan alasan mengapa dikatakan sebagai vokalik. menggunakan metode kualitatif. dikumpulkan dengan observasi, linguistik lapangan, kepustakaan dibantu teknik elisitasi, pencatatan, perekaman. dianalisis secara kualitatif disajikan deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa ternyata Hal didasarkan pada segmentasi rangkaian huruf sebuah segmen bunyi: hambat pranasal sehingga kata-kata dalam seperti dilafalkan ‘badai’, ‘buat’, ‘gali’, tidak [ǝnggare]. Secara pola kanonik sukukata kata, mempunyai yang selalu berakhir vokal, dan, setiap kata dari Indonesia konsonan, baik posisi tengah maupun akhir ketika terserap menyesuaikan diri bR. Contohnya [paɠa].’pagar’, ‘adat’, <gampang> ‘gampang’. Dengan demikian,